Timotius_FE
Selasa, 03 Oktober 2017
Selasa, 04 Juli 2017
Minggu, 04 Juni 2017
Sabtu, 25 Maret 2017
TOPIK 3 (ETIKA BISNIS(SOFTSKILL)
TOPIK 3 :PENGARUH PERBEDAAN GENDER DAN USIA TERHADAP KEPUASAN
KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN
NAMA :TIMOTIUS LORENZS
NPM : 1A214774
KELAS : 3EA27
MATA KULIAH : ETIKA BISNIS
DOSEN : ROWLAND BISMARK PASARIBU
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, pertumbuhan ekonomi di
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut termasuk dalam
perkembangan industri jasa. Perkembangan tersebut diikuti dengan banyaknya
perusahaan, dan dapat menyebabkan terjadinya persaingan antar perusahaan,
terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama. Setiap perusahaan berusaha
untuk menentukan strategi yang tepat agar bisa mendapatkan dan mempertahankan
konsumen.Sumber Daya Manusia memiliki peran penting untuk perusahaan dalam
menghadapi persaingan antar perusahaan. Perusahaan harus memiliki komitmen
dalam organisasi agar dapat menciptakan dan mengembangkan potensi bisnis.
Selain itu, perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang kondusif agar
karyawan dapat bekerja dengan optimal dan kompetitif.
Karyawan
yang satu berbeda dengan yang karyawan yang lain dalam banyak hal. Seorang manajer perlu
mengetahui bagaimana perbedaan seperti itu dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja
bawahannya. Perbedaan-perbedaan individual bisa
saja membuat seorang individu itu berkinerja dengan lebih baik daripada
individu lainnya.
Perbedaan individual tidak lepas dari pengaruh lingkungan seperti pekerjaan, keluarga, komunitas dan
masyarakat. Isu mengenai individual behavior and differences ini sangat penting dalam membahas
masalah perilaku organisasi. Karyawan
yang bergabung dalam sebuah organisasi harus menyesuaikan diri pada sebuah lingkungan baru,
orang-orang baru, dan tugas-tugas baru. Bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya
dengan situasi dan orang lain utamanya tergantung pada kesiapan psikologisnya dan
latar belakang personal.
Beberapa
wanita lebih baik dalam
menjadi salespeople daripada beberapa pria. Sebaliknya, beberapa pria
lebih baik
dalam menjadi pemberi perhatian daripada beberapa wanita. Di dalam suatu perusahaan, pekerja memegang peran yang
paling utama dalam kegiatan tercapainya tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan
adalah kewajiban dari setiap karyawannya. Apalagi jika semua aspek atau bidang
dalam perusahaan itu secara keseluruhan memuaskan bagi penjalannya. Setiap
individu akan merasa puas atau tidak puas merupakan sesuatu yang pribadi,
tergantung bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau pertentangan
antara keinginan dan hasil keluarnya. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap
positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap
kondisi dan situasi kerja, termasuk didalamnya upah, kondisif. sosial,
kondisi fisik, dan kondisi psikologis Semua itu berpengaruh terhadap
produktifitas, ketidakhadiran kerja/keluar tenaga kerja (turnover), dan
terhadap kesehatan fisik dan mental.
Kepuasan
kerja berperan penting dalam kemampuan perusahaan untuk menarik dan memelihara
karyawan yang berkualitas., meningkatkan semangat kerja karyawan, menurunkan
tingkat absensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan loyalitas karyawan
dan mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan terutama karyawan
ahli/professional yang sangat besar peranannya dalam pengoperasian perusahaan.
Semua itu adalah mengapa kepuasan kerja harus hadir dalam perusahaan. Selain itu,perbedaan usia pada karyawan merupakan hal yang sangat
diperhatikan saat ini.Yang mana semakin banyak orang yang bisa hidup
panjang,sehingga pada usia 56 tahun seorang karyawan masih sehat,aktif,dan
produktif,padahal usia tersebut karyawan sudah harus pension.
Sebaliknya,angka kelahiran semakin menurun,terlihat
dengan adanya program pemerintah yang mewajibkan penduduknya untuk ikut dalam
keluarga berencana (KB).Sehingga kemungkinan bisa terjadi dalam suatu
perusahaan dimana seorang karyawan akan di hormati oleh atasan yang usianya
jauh lebih tua.Perbedaan perlu mengatur keseimbangan antara eningkatan jumlah
karyawan usia tua.Disini perusahaan perlu mengatur keseimbangan antara
peningkatan jumlah karyawan usia tua dan jumlah rekrutmen karyawan usia
muda.Karyawan akan merasa tidak nyaman di atur oelh atasan yang usianya lebih
tua darinya.Begitu pula perbedaan gender dalam tenaga kerja,persentase pekerja
wanita dewasa ini semakin meningkat.Bahkan sudah banyak tenaga kerja wanita
yang menduduki posisi manajerial di berbagai perusahaan.Ketidaknyamanan mungkin
bisa terjadi dengan perbedaan gender .
Yang mana utuk mendukung pencapain hasil kerja yang
baik dari karyawan dibutuhkan tingkat kepuasan kerja yang tinggi.Perbedaan dari
karyawan merupakan dua pihak yang salinh berhubungan dan membutuhkan.Perusahaan
membutuhkan karyawan yang mampu memberi hasil kerja yang baik dan berprestasi
sedangkan karyawan juga memerlukan perhatian perusahaan dan penghargaan atas
pekerjaan yang telah dilakukannya yang berupa balas jasa agar muncul kepuasan
kerja karyawan.Berdasarkan hal tersebut,maka salah satu hal yang mempengaruhi
kepuasan kerja adaah usia dan gender. Yang mana dalam hal gender,berbicara mengenai perbedaaan jenis
kelamin yang merupakan faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja karena pada
dasarnya karyawan laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang
berbeda.Karyawan laki-laki cenderung memiliki cita-cita yang lebih tinggi
dibandingkan dengan karyawan perempuan sehingga kepuasan kerja laki-laki lebih
rendah dibandingkan dengan perempuan.Karyawan perempuan lebih cepat merasa
puas.
Seperti contoh PT.Jasa Marga (Persero) yang merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa jalan tol. Dalam usaha meningkatkan
kepuasan kerja karyawan,perusahaan selalu menekankan pada kepuasan kerja
laki-laki maupun karyawan perempuan,hal tersebut disebabkan karena
karakteristik beban kerja dan kondisi kerja di perusahaan membutuhkan lebih
banyak kreativitas yang menenkankan pada tantangan fisik khusunya pada bagian
operasiona dan pemeliharaan tol.Gejala-gejala yang menyebabkan kepuasan kerja
menurunnya kepuasan kerja di perusahaan diantaranya turunnya hasil kerja
karyawan,yang mana hasil kerja karyawan kurang tercapai ssuai dengan
standar,kualitas,dan kuantitas kerja karyawan tidak mencapai target.Gejala
lainnya standar kerja tidak dipenuhi dan sering absent da tidak dsiplin. Karywan terkesan bosan dalam bekerja
sehingga tingkat absensi sangat memprihatinkan..
Berdasarkan hal itu, kepuasan kerja
menghasilkan pendapat berbeda-beda dikarenakan kepuasan kerja seseorang dalam
suatu perusahaan akan sangat berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan adanya
kebutuhan individu yang berbeda-beda pula atau situasi dan kondisi dalam
perusahaan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi puas dalam bekerja. Oleh
karena itu, terlepas dari semua itu, kepuasan kerja pada suatu perusahaan tergantung
bagaimana kepuasan kerja karyawan laki-laki maupun perempuan. Istilah gender
dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang
tidak hanya mengacu perbedaan biologisnya, namun juga hal-hal yang mencakup
nilai sosial dan budaya, termasuk juga dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat bagaimana kepuasan karyawan pria
dan wanita.
Selain itu,bila
dilihat perbedaan karyawan laki-laki dan wanita it yaitu Wanita menunjukkan ungkapan emosi yang
lebih besar daripada pria, mereka mengalami emosi lebih hebat, mereka lebih
sering menampilkan ekspresi dari emosi baik yang positif maupun negatif,
kecuali kemarahan. Wanita lebih baik dalam membaca isyarat-isyarat nonverbal
dan paralinguistik dibanding pria. Pria diajarkan untuk berani, maka mereka
harus menunjukkan emosi yang sesuai dengan citra ini, sedangkan wanita
disosialisasikan sebagai pengasuh, sehingga lebih hangat dan ramah. Satu isu yang tampaknya dapat membedakan
dalam hal jenis kelamin yang sering disebut dalam literatur khususnya saat
karyawan sedang hamil atau memiliki anak-anak berusia pra sekolah adalah
pemilihan jam kerja. Ibu-ibu yang bekerja berkemungkinan lebih besar untuk
memilih pekerjaan paruh waktu, jadwal kerja yang fleksibel, dan menyelesaikan
pekerjan kantor di rumah agar bisa memenuhi tanggung jawab mereka terhadap
keluarga.
Dalam Aspek
kognitif dari kepuasan kerja merupakan keyakinan karyawan tentang pekerjaannya,
yaitu keyakinan bahwa pekerjaannya menarik, tidak menarik, banyak tuntutan dsb.
Aspek kognitif ini tidak bebas dari aspek afektif yaitu sangat terkait dengan
perasaan dari pengaruh positif. Komponen perilaku
merupakan perilaku karyawan atau lebih sering kecenderungan perilaku terhadap
pekerjaannya. Tingkat kepuasan kerja karyawan juga menjadi nyata oleh fakta
bahwa ia mencoba untuk mengikuti pekerjaan secara teratur, bekerja keras, dan
berniat tetap menjadi anggota organisasi utk waktu yang lama. Dibanding
komponen kognitif dan afektif dari kepuasan kerja, komponen perilaku sedikit
informative, karna sikap tidak selalu sesuai dengan perilaku, seperti seseorang
tidak suka dengan pekerjaannya tetapi tetap sbg karyawan karna alasan
financial.
Maka dari itu,antara perbedaan
gender dan usia memiliki hunungan yang erat terhadap kepuasan kerja seorang
karyawan.Karena biasanya didalam perusahaan itu banyak sekali karyawan
laki-laki daripada wanitanya sehingga menyebabkan terjadinya perlakuan tidak
adil oleh atasan seperti dalam hal kepuasannya dalam bekerja. Misalnya dalam
pemberian gaji yang mana gaji dari karyawan lai-laki lebih besar dari karyawan
wanita.Tapi,sekarang banyak perusahaan yang memperhatikan gender itu hanya untu
ahu kalau dia laki-laki atau perempuan. Seangkan bila seorang karyawan untuk
dinaikkan pangkatnya maka,perusahaan bukan melihat gendernya tapi kualitas dan
kontribusinya bagi perusahaan tersebut,apakah menguntungkan atau merugikan
perushaaan. Perbedaan gender hanya sebagai pemberitahu bagi perusahaan bahwa
karyawan yang bekerja di perusahaannya adalah laki-laki atau perempuan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
paper ini akan membahas mengenai pengaruh perbedaan gender dan usia
terhadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan .Hal ini dinilai penting bagi
perusahaan dalam pengukuran
tinglat kepuasan dalam karyawan dengan adanya
perbedaan gender dan usia dialam perusahaankinerja perushaaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
akan di kemukakan berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah :
- Bagaimana
pengaruh perbedaan gender dan usia terhadap kepuasan kerja karyawan pada
perusahaan ?
- Apa saja contoh dari diskriminasi gender di perusahaan ?
1.3 Tujuan Perumusan Masalah
Tujuan perumusan yang dilakukan terhadap rumusan masalah yang telah dibahas
adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui hubungan antara perbedaan gender dan
usia terhadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan
BAB 2
TELAAH LITERATUR
2.1 Pengertian Gender
Gender berasal
dari bahasa latin, “genus” yang berarti jenis atau tipe. Gender merupakan sifat
dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara
sosial maupun budaya. Meskipun ada juga yang menganggap bahwa kata gender
berasal dari bahasa Inggris yang berarti “jenis kelamin”. Namun perkembangan
selanjutnya kata gender tersebut mengalami perluasan makna yang pada hakikatnya
tetap mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi fungsi, atau
perlakuan yang diberikan oleh masyarakat umum secara turun temurun.Secara umum, pengertian Gender adalah
perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai
dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender
adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam
hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki
dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
2.2 Teori – Teori Tentang Gender
1. Teori Kodrat Alam
Menurut
teori ini perbedaan biologis yang membedakan jenis kelamin dalam memandang
gender Teori ini dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Teori Nature
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai kodrat
alam yang tidak perlu dipermasalhkan
b. Teori Nurture
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai hasil
rekayasa budaya dan bukan kodrati, sehingga perbedaan gender tidak berlaku
universal dan dapat dipertukarkan.
2. Teori Kebudayaan
Teori ini
memandang gender sebagai akibat dari kontruksi budaya .Menurut teori ini terjadi keunggulan laki-laki
terhadap perempuan karena kontruksi budaya, materi, atau harta kekayaan. Gender
itu merupakan hasil proses budaya masyarakat yang membedakan peran social
laki-laki dan perempuan. Pemilahan peran social berdasarkan jenis kelamin dapat
dipertukarkan, dibentuk dan dilatihkan.
3. Teori Fungsional Struktural
Berdasarkan
teori ini munculnya tuntutan untuk kesetaraan gender dalam peran social di
masyarakat sebagai akibat adanya perubahan struktur nilai social ekonomi
masyarakat. Dalam era globalisasi yang penuh dengan berbagai persaingan peran
seseorang tidak mengacu kepada norma-norma kehidupan social yang lebih banyak
mempertimbangkan factor jenis kelamin, akan tetapi ditentukan oleh daya saing
dan keterampilan
2.3 Pengertian Kepuasan Kerja
Sebelum masuk kedalam bahasan kepuasan
kerja maka terlebih dahulu mengetahui pengertian kerja. Kerja menurut adalah
sejumlah aktifitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk melakukan
sebuah pekerjaan. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi,
instansi ataupun perusahaan maka hasil kerja yang ia selesaikan mempengaruhi
terhadap tingkat produktifitas organisasi. Oleh karena itu, pandangan dan juga
perasaan individu terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga pada sisi positif
dari pekerjaannya dengan atau lain individu tersebut harus memiliki dan menjaga
kepuasan agar produktifitasnya dapat terus ditingkatkan.Kepuasan kerja
merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaan secara
keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Istilah
kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang indiviu terhadap pekerjaan
yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi
menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu; seseorang yang tidak puas dengan
pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. Karena pada
umumnya apabila orang berbicara mengenai sikap karyawan, lebih sering mereka
memaksudkan kepuasan kerja.
2.4 Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja
Minto Waluyo (2013) mengemukakan banyak faktor yang
telah diteliti sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja,
antara lain sebagai berikut:
a.
Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Berdasarkan survey diagnostik diperoleh
hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja
untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri tersebut adalah keragaman keterampilan,
jati diri tugas (task identity), tugas yang penting (task
significance), otonomi, dan pemberian balikan pada pekerjaan, membantu
meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
b. Gaji/Penghasilan, Imbalan yang Dirasakan Adil (Equitable Reward)
Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian
dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima gaji terlalu kecil atau
terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan. Yang penting ialah
sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Jika gaji dipersepsikan sebagai
adil berdasarkan tuntutan kerja, tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan
individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka
akan ada kepuasan kerja.
c.
Penyeliaan
Locke memberikan kerangka teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerja dengan
penyeliaan. Ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan-bawahan: Hubungan
fungsional dan keseluruhan (Entity). Hubungan fungsional mencerminkan
sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai
pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.
d. Rekan-rekan Sejawat yang
Menunjang
Hubungan yang ada antarpekerja
adalah hubungan ketergantungan sepihak, yang bercorak fungsional. Kepuasan
kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis
dengan tenaga kerja yang lain. Di dalam kelompok kerja dimana pekerja harus
bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat itmbul karena
kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka (Kebutuhan harga diri, kebutuhan
aktualisasi) dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada moivasi kerja mereka.
Faktor-faktor yang memberikan
kepuasan menurut Blum (1956) dalam As'ad (1999) adalah:
a.
Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan;
b.
Faktor sosial, meliputi
hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan
bereaksi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan
kemasyarakatan;
c.
Faktor
utama dalam pekerjaan, meliputi
upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju.
Ada dua faktor yang mempengaruhui
kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya
(Mangkunegara, 2009:120).
1.
Faktor
pegawai, yaitu
kecerdasan (IQ), kecerdasan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik,
pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi,
dan sikap kerja.
2.
Faktor
pekerjaan, yaitu
jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu
pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial,
dan hubungan kerja.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja adalah (Sutrisno, 2009: 82-84):
- Kesempatan
untuk maju. Dalam
hal ini, ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan
peningkatan kemampuan selama kerja.
- Keamanan
kerja.
Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan.
Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
- Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan,
dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang
yang diperolehnya.
- Perusahaan
dan manajemen.
Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi
dan kondisi kerja yang stabil.
- Pengawasan. Sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat
berakibat absensi dan turnover.
- Faktor
Intrinsik dari pekerjaan.
Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar
dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau
mengurangi kepuasan.
- Kondisi
kerja.
Termasuk di sini kondisi kerja tempat, ventilasi, penyiaran, kantin dan
tempat parkir.
- Aspek
sosial dalam pekerjaan. Merupakan
salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor
yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.
- Komunikasi. Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan
pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal
ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan
mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam
menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
- Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau
perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan
menimbulkan rasa puas
BAB
3
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Perbedaan Gender Dan Usia Terhadap Kepuasan
Kerja Pada Perusahaan
Didalam suatu
perusahaan,perbedaan gender merupakan sesuatu yang tidak bisa dihilangkan
karena pasti didalam suatu perusahaan terdapat karyawan laki-laki dan
perempuan. Tetapi,pada kenyataanya karyawan laki-laki lebih banyak dibandingkan
karyawan perempuan. Hal ini diakibatkan karena karyawan laki-laki . cenderung
memiliki cita-cita yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan perempuan
sehingga kepuasan kerja laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan
perempuan.Karyawan perempuan lebih cepat merasa puas.Hal inilah yang membuat
perusahaan lebih baik merkrut karyawan laki-laki.Hal inilah yang membuat
teciptanya kepuasan kerja d suatu perusahaan. Yang mana,,perusahaan yang baik
adalah dia yang memperhatikan karyawannya dan bukan menyuruh mereka bekerja
terus menerus dengan gaji kecil yang mngakibatkan tingkat kepuasan mereka
menurun bahkan tidak ada karena dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
diantaranya faktor financial berupa gaji yang diberkan perusahaan,yang mana
biasanya perusahaan memeberikan gaji yang lebih besar kepada karywan laki-laki
daripada wanita. Atau pada karyawan-karyawan yang usianya sudah tua,gajinya
lebih besar daripada yang musianya muda. Selain itu, perusahaan harus melakukan
kesetaraan gender berarti kesamaan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan
keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan
tersebut.
Kesetaraan
gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural,
baik terhadap laki-laki maupun perempuan.Keadilan gender adalah suatu proses
dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender
berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan
kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.Terwujudnya kesetaran dan
keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan
laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang
setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi
berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan
memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil
sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber
daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.Selain
itu,dengan Pembagian kerja berdasarkan gender merupakan cara efisien untuk menjamin
kelangsungan hidup unit keluarga dan beradaptasi dengan
lingkungan tertentu. Pada pembagian kerja ini, kerja perempuan tidak
semata-mata menyatakan tingkat
status. Kerja perempuan bisa jadi dilihat sebagai hal yang sama-sama bernilai
dengan laki-laki, walaupun
ada juga di banyak masyarakat petani pembagian kerja melibatkan tingkat
signifikansi sepanjang
garis-garis gender.
Dengan adanya risiko penggeneralisasian, tampak bahwa
ketika perekonomian uang diperkenalkan, keseimbangan antara
tenaga kerja perempuan dan laki-laki mulai berubah.Yang
pasti, hukum kolonial setidaknya telah mengubah hubungan gender menjadi
ketidakadilan gender.
Kolonialisme ini memiliki peran dalam masyarakat sebagai model, dan karenanya
berasumsi bahwa perempuan seharusnya tidak bekerja untuk
mendapatkan upah.Dengan adanya kesetaraan
gender yang dilakukan oleh peursahaan juga memiliki tujuan untuk mengurangi
dampak terjadinya diskriminasi yang biasanya dialami oleh karyawan perempuan
akibat dari tindakan semena-mena yang dilakukan oleh karyawan
laki-laki.Diskriminasi yang dilakukan terhadap karyawan perempuan juga dapat
mengakibatkan luka terhadap perempuan tersebut baik luka perasaan maupun fisik
yang berujung pada stress. Selain itu,pada saat ini banyak karyawan perempuan
yang telah lebih maju dari karyawan laki-laki dalam segala hal. Bahkan
perusahaan-perusahaan besar juga banyak dipimpin oleh kaum perempuan daripada
laki-laki.
Contoh dari bentuk
pemberdayaan gender yaitu kesetaraan
gender di Sumut yang mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dimana untuk index pemberdayaan
gender (IDG) di Sumut cukup tinggi, yakni 69,63 atau lebih tinggi dari
rata-rata nasional yakni 67,2. Di Sumut sendiri juga sudah terbentuk Kaukus
Perempuan Parlemen (KPP) DPRD Sumatera Utara yang beranggotakan 16 anggota DPRD
Sumatra Utara dari kaum perempuan. Kaukus bertujuan untuk menjalin jejaring
sesama anggota kaukus perempuan mulai dari pusat, provinsi, dan kabupaten kota.
pemerintah di daerah ini serius dalam memberikan perhatian pada program
pembangunan yang dilakukannya. Apalagi jika dikaitkan dengan jumlah perempuan
dan anak di tanah air yang menjadi populasi terbesar berdasarkan sensus Badan
Pusat Statistik pada 2010, dari 237,55 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak
705 diantaranya adalah perempuan dan anak-anak. Di dunia internasional sendiri,
Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim menyatakan, persamaan gender merupakan hal
yang sangat vital yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dalam suatu negara. Ketika suatu negara menghargai kaum perempuan
sama dengan mereka menghargai kaum laki-laki dengan cara memberikan kesempatan
bagi wanita untuk berpartisipasi lebih besar dalam bidang perekonomian, maka
manfaatnya tidak hanya bagi kaum perempuan tapi juga bagi masyarakat luas.
Presiden
Bank Dunia mengingatkan bahwa kaum perempuan sekarang merupakan 40% dari angka
kerja global, dan 43% bagi tenaga kerja sektor pertanian. Selain itu lebih dari
separuh orang yang menimba pendidikan tinggi di universitas adalah wanita, dan
sepertiganya negara-negara berkembang kini terdapat lebih banyak siswa
perempuan dibandingkan siswa laki-laki. Bukti tersebut menunjukan bahwa jika
wanita memiliki kontrol yang lebih besar bagi pendaan rumah tangga atau sumber
daya pertanian, maka akan terdapat hasil yang signifikan. Contoh di
Brasil, ketika penghasilan dikelola oleh sang ibu dibandingkan sang bapak, maka
kesempatan anak-anak untuk bertahan hidup 20 kali lebih besar, di Ghana, dengan
memastikan bahwa petani perempuan memiliki akses yang sama dengan petani
laki-laki kepada pupuk dan bahan pertanian lainnya akan menghasilkan panen
sebanyak 17% lebih tinggi.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Bahwa antara gender dan usia
memiliki pengaruh yang penting dalam menilai kepuasan karyawan di suatu
perusahaan. Karena bila disuatu perusahaan tidak menerapkan kesetraan gender
maka akan menimbulkan pendiskriminasi yang dilakukan oleh karyawan laki-laki
terhadap karyawan perempuan. Selain itu,bila dilihat dari usia,banyak karyawan
– karyawan usianya diatas 50 masih produktif dalam bekerja di suatu perusahaan.
Hal ini berakibat pada penggurangan jumlah karyawan baru yang masih muda untuk
di rekrut yang membuat banyak pengganguran yang terjadi. Selain itu, kesetaraan
gender merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan.
Agar terjalin komunikasi yang baik antara karyawan laki-laki dan perempuan.
Selain itu, agar tidak melanggar kodrat antar laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender mengakibatkan penghapusan
diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan.Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap
perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan
peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan
maupun laki-laki.Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan
tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian
mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan
serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamaningsih,Ni
Ketut Ayu dan Dodk Ariyanto.2016 . Pengaruh
Gender,Usia,Tingkat Pendidikan,dan
Status Sosial Ekonomi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi .E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.Vol.17,No.2:
996-1029 ISSN:2302-8556
Khotimah,Khusnul.2009.
Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan
Dalam Sektor Pekerjaan.Vol.4,No.1
pp:158-180 ISSN:1907-2791
Nilasari,B.
Medina.2008. Pengaruh Perbedaan Usia Dan
Gender Atasan-Bawahan Terhadap Komtmen
Organisasi Dan Kepuasan Kerja Karyawan Grapari TelkomseL,Jakarta.Metode
Riset Bisnis dan Manajemen.Vol.8,No.2 pp:169-184
Singarimbum,Justrina
Br. .2011. Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Berdasarkan Perbedaan Karakteristik Jenis Kelamin.Jurnal Murni Sadar. Vol.1,No.2
Pitaloka,E dan Intan F. Jainudin.2016.Pengaruh Diskriminasi Kerja Pada Restoran Soerabi Bandung HNH.Widyakala.Vol.3
pp:57-66
TOPIK 2 (ETIKA BISNIS)
TOPIK 2 :PENGARUH
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN LINGKUNGAN TERHADAP PROFITABILITAS
PERUSAHAAN DI BIDANG MAKANAN DAN MINUMAN
NAMA : TIMOTIUS LORENZS
NPM : 1A214774
KELAS : 3EA27
MATA KULIAH : ETIKA BISNIS
DOSEN : ROWLAND BISMARK PASARIBU
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam dunia
bisnis saat ini dihadapkan pada dua hal yang bertentangan. Di satu sisi, para
pelaku bisnis harus berupaya untuk dapat memperoleh laba yang tinggi dan untuk
mendukung hal tersebut perlu disertai dengan adanya penekanan biaya. Di sisi
lain, perusahaan harus bertanggung jawab terhadap lingkungan secara khusus
tempatnya beroperasi. Saat ini, masyarakat semakin berani untuk mengekspresikan
berbagai tuntutannya kepada pemerintah. Tidak hanya pada pemerintah, tuntutan
masyarakat terhadap perusahaan kini juga semakin besar.
Di Indonesia,banyak sekali perusahaan-perusahaan yang
bermunculan tetapi perusahaan-perusahaan
yang bermunculan yang menjadi salah satu penyebab terjadinya
pencemaran-pencemaran lingkungan. Hal inilah, yang membuat sungai di Indonesia
yang dekat dengan kawasan perusahaan menjadi tercemar oleh limbah-limbah yang
berasal dari kawasan perusahaan tersebut.
Selain itu,makhluk hidup yang hidup di sungai yang
tercemar tersebut menjadi tercemar bahkan mati karena zat-zat kimia dari limbah
perusahaan tersebut,Hal ini membuat lingkungan hidup di daerah kawasan industry
terebut tercemar dan dapat mengganggu ekosistem di wilayah tersebut.Maka dari
itu, kegiatan di dalam suatu perusahaan secara umum dapat
menimbulkan dampak positif dan dampak
negatif. Salah satu dampak negatif terjadinya
berbagai pencemaran
lingkungan yang merupakan akibat dari tidak bertanggung jawabnya perusahaan dalam mengelola dan
melaksanakan komitmennya dalam
berbisnis secara baik.
Muncul berbagai tuntutan
terhadap perusahaan untuk melakukan
kewajiban terhadap lingkungan sosial.Hal yang dimaksud adalah melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan bisnis (Corporate
Social Responsibility) yang merupakan suatu komitmen
berkelanjutan perusahaan dalam bertindak secara benar, memberikan bantuan bagi
perkembangan ekonomi, meningkatkan kualitas
tenaga kerja dan lingkungan , maupun
memberikan bantuan terhadap
lingkungan sosial pada umumnya.
Perusahaan dituntut
untuk melaksanakan CSR dalam
pelestarian lingkungan hidup untuk
menjaga keseimbangan antara kepentingan perusahaan
terhadap keberlangsungan lingkungan.CSR
penting untuk dilakukan oleh perusahaan
terutama oleh perusahaan yang kegiatan
operasinya menimbulkan dampak negatif
bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar.
CSR tersebut dianggap penting karena
pada kenyataannya terdapat perusahaan yang
memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan masyarakat (konlik) karena
masyarakat atau komunitas lokal merasa
terganggu dengan aktivitas perusahaan. Akan
tetapi, selain terdapat perusahaan yang
memiliki hubungan yang tidak harmonis,
terdapat pula perusahaan yang memiliki hubungan yang cukup harmonis dengan masyarakat karena perusahaan tersebut telah menerapkan CSR dengan baik.
Penerapan CSR tersebut dilakukan sebagai pembuktian dan adanya fenomena tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu semua perusahaan baik yang dimiliki oleh pemerintah (Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah), maupun perusahaan swasta mempunyai tanggung jawab moral untuk melaksanakan CSR.Hal
- hal mengenai peran
perusahaan terhadap lingkungan menjadi perhatian bagi masyarakat. Kesadaran
masyarakat terhadap dampak perusahaan
pada kondisi sosialnya dan lingkungan hidup semakin penting, sehingga mulai
menekan perusahaan untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya, karena perusahaan
menggunakan sumber daya sebagai aktivitas . Perusahaan memang akan dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap perekonomian, tetapi hal ini tidak lantas
membuatnya mengabaikan hal-hal yang terkait dengan lingkungan sosialnya.
Banyak
perusahaan
yang telah berjasa khususnya dalam sekotr makanan dan minuman dalam kemajuan ekonomi dan
teknologi justru mendapat kritikan karena kurang memperhatikan masalah sosial.
Persaingan yang semakin ketat saat ini menjadikan perusahaan hanya fokus pada kepentingannya sendiri, yang secara
langsung dipandang dapat memberikan kontribusi pada perusahaan yaitu melalui
pengikutsertaan modal, dan mulai mengabaikan kepentingan masyarakat dan lingkunagan sekitar, dengan beranggapan bahwa mereka
tidak memberi kontribusi secara langsung terhadap perusahaan. Pada
kenyataannya, untuk tetap dapat bertahan perusahaan perlu menunjukkan perannya
terhadap lingkungan
baik internal (hak dan status karyawan, keselamatan kerja) maupun eksternal
(polusi, limbah, penyusutan sumber daya, kualitas, dan keamanan produk) sebagai
suatu bentuk tanggung jawab.
Karena dengan begitu maak perusahaan tersebut akan
mendapat perhatian dari masyarakat dan penilaian yang baik terhadap perusahaan
tersebut salah satunya perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman.
Yang mana banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang tersebut sudah
mulai memikirkan lingkungan di perusahaannya dengan mengolah limbah dari hasil
produksi tersebut menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual seperti limbah sayuran
yang dapat diolah menajdi pakan buat bebek,dll.Oleh karena itu,dengan
perushaan memperbaiki kondisi lingkungan
di daerah sekitar perusahaan maka akan menjadi nilai lebih bagi perusahaan dan
membuat perusahaan dapat mendapatkan keuntungan yang lebih.Corporate
Social Responsibility (CSR)
merupakan wacana yang sedang dilakukan
di dunia perusahaan.
Perusahaan
didunia baik di dalam atau diluar negeri banyak yang mengklaim bahwa mereka
telah melaksanakan tanggungjawab sosial dengan baik.Corporate Social Responsibility (CSR) harus diperhatikan lebih
serius seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan keterbukaan pasar yang
terjadi saat ini. Banyak
kasus yang terjadi dimana perusahaan tidak mampu memberikan kontribusi positif
secara langsung kepada masyarakat dan cenderung memberikan kontribusi negatif
atas dampak dari operasional perusahaan.Peranan CSR dapat meningkatkan kinerja
keuangan suatu perusahaan dimana para investor cenderung menanamkan modal pada
perusahaan yang telah melakukan kegiatan CSR karena perusahaan yang telah
memberikan informasi mengenai aspek sosial lingkungan dan keuangan secara
sekaligus tentu akan menggunakan aspek-aspek tersebut kedalam strategi dan
operasi perusahaan.
Faktor-faktor
yang mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dapat menjadi bahan masukan dalam
rangka pengambilan keputusan oleh investor. Oleh karena itu,perusahaan dapat menggunakan CSR
sebagai salah satu keunggulan kompetitifnya. Jika CSR diterapkan dalam
perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan
kekuatan keuangan dalam perusahaan.Selain itu,dalam melaksanakan program
CSR,perusahaan juga harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat di
sekitas wilayah perusahaan agar tidak menyebabkan konflik diantara kedua belah
pihak saat menanggulangi limbah tersebut. Tetapi,dari komunikasi yang
baik,pihak perusahaan dapat bekerjasama dengan masyarakat dalam menanggulangi
limbahnya. Seperti,pengubahan limbah makanan dan minuman menjadi barang yang
mempunyai nilai jual tinggi yaitu pengumbahan limbah sayuran dan buah-buahan
menjadi pakan ternak atau pupuk kompos yang mana perusahaan meminta bantuan kepada
sejumlah masyarakat untuk mengolahnya.
Selain itu,,dengan terlaksananya program CSR di
perusahaan juga dapat mengurangi pemanasan global dan efek rumah ngaca. Suatu perusahaan dapat
mewujudkan CSR dengan baik apabila mereka mampu menerapkan kewajibannya secara
berimbang antara kepentingan kelompok primer dan kelompok
sekunder masyarakat .
Kelompok
primer merupakan kelompok yang secara langsung mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya yaitu memberikan barang dan jasa
kepada masyarakat, sedangkan stakeholder sekunder adalah semua kelompok dalam
masyarakat yang dapat dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh
dampak sekunder beroperasinya suatu perusahaan. Dan apabila suatu perusahan
tidak mampu menciptakan keseimbangan kepentingan diantara kedua kelompok
stakeholder tersebut, akibatnya bisa menimbulkan konflik sosial.
Diduga
banyak konflik sosial
terjadi karena tidak diimplementasikan CSR dengan baik oleh perusahaan,
terutama tindakan kurang peduli terhadap stakeholder sekunder, yaitu masyarakat
sekitar.Tapi,banyak masih banyak perusahaan yang masih tidak
menerapkan program CSR. Hal ini diakibatkan kurang pedulinya perusahaan seperti
kasus bahan baku kadaluarsa yang digunakan oleh Pizza Hut selain itu banyak
kasus lainnya. Dan menurut data
yang diperoleh di situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.ac.id khususnya
perusahaan industri barang konsumsi sebesar 51,4% diantaranya tidak
mencantumkan CSR pada laporan keuangan perusahaan (Jurnal
Nominal,Vol.IV,No.2,2015:91).Dari data diatas dapat menunjukkan bahwa masih
banyak perusahaan yang memberikan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Selain itu, perusahaan dalam sektor makanan
dan minuman termasuk
industri yang produk akhirnya banyak berhubungan langsung dengan konsumen.
Masalah limbah dan proses industri, baik limbah cair maupun udara, menjadi masalah
lingkungan utama industri ini. Selain itu perusahaan manufaktur khususnya
perusahaan barang konsumsi adalah perusahaan yang menjual produk kepada
konsumen sehingga keselamatan dan keamanan produk menjadi penting untuk
diungkapkan kepada masyarakat.Hal ini lah,yang mana program CSR memiliki peran yang
sangat penting bagi perusahaan karena bila perusahaan tidak menerapkan program
ini maka perusahaan tersebut akan membuat efek global warming semakin parah dan
persepsi masyarakat akan perusahaan tersebut akan menjadi buruk dan berakibat
pada penurun penjualan makanan yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
paper ini akan membahas mengenai pengaruh
Corporate Social Responsibility (CSR)
dan linkungan terhadap profitabilitas
perusahaan di bidang makanan dan minuman
.Hal ini dinilai penting bagi Indonesia dalam pengukuran kinerja perushaaan
di Indonesia
khususnya makanan dan minuman
dalam menanggulangi pencemaran linkungan di sekitar
perusahaan .
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah :
- Bagaimana
pengaruh Corporate Social
Responsibility (CSR) dan linkungan
terhadap profitabilitas perusahaan di bidang makanan dan minuman?
- Apa saja contoh penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan linkungan oleh
perusahaan dalam bidang makanan dan minuman ?
1.3 Tujuan Perumusan Masalah
Tujuan perumusan yang dilakukan terhadap rumusan masalah yang telah dibahas
adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui hubungan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan linkungan terhadap profitabilitas perusahaan di bidang
makanan dan minuman
2.
Untuk mengetahui contoh penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan linkungan oleh perusahaan
dalam bidang makanan dan minuman.
BAB 2
TELAAH LITERATUR
2.1 Pengertian Corporate
Social Responsibility (CSR)
Menurut Wahyudi dan Azheri (2008:14) tanggung jawab sosial
secara umum sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep tanggung jawab itu
sendiri. Seperti tanggung jawab sosial dengan aktivitas perusahaan, dapat
dikatakan bahwa tanggung jawab sosial lebih menekankan pada kepedulian
perusahaan terhadap kepentingan stakeholders. Dengan begitu konsep
tanggung jawab sosial lebih menekankan pada tanggung jawab perusahaan atas
tindakan dan kegiatan usahanya yang berdampak pada orang-orang tertentu,
masyarakat, dan lingkungan di mana perusahaan tersebut melakukan aktivitas
usahanya. Menurut The World Business Council for Suistanable Development dalam
Ulva (2012) mengemukakan bahwa : ‟CSR adalah komitmen
bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja
dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas
setempat (local) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup‟‟. ‟Corporate social responsibility adalah
komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap
aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan”.(Jurnal
FISIP,Vol.3,No.1,2016:4)
2.2 Prinsip-Prinsip Corporate
Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab sosial (social
responsibility) mengandung dimensi yang sangat luas dan kompleks serta
mengandung interpretasi yang sangat berbeda, terutama dikaitkan dengan
kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder). Salah seorang pakar CSR
dari University of Bath Inggris yaitu Alyson Warhurst, di mana pada tahun 1998
beliau menjelaskan ada 16 (enam belas) prinsip yang harus diperhatikan dalam
mengimplementasikan CSR, yaitu: (Wibisono, 2007:39) .
1.
Prioritas Korporat
2.
Manajemen Terpadu
3.
Proses Perbaikan
4.
Pendidikan Karyawan
5.
Pengkajian
6.
Produk dan Jasa
7.
Informasi Publik
8.
Fasilitas dan Operasi
9.
Penelitian
10.
Prinsip Pencegahan
11.
Kontraktor dan Pemasok
12.
Siaga Menghadapi Darurat
13.
Transfer Best Practice
14.
Memberikan Sumbangan
15.
Keterbukaan (disclosure)
16.
Pencapaian dan Pelaporan
Menurut
David Crowther (2010) mengungkapkan bahwa identifikasi kegiatan CSR melalui 3 prinsip utama yakni
:
1.
Sustainability
(Keberlanjutan)
Prinsip ini berkaitan dengan
tindakan yang dilakukan sekarang yang dikemudian hari dapat berdampak atau berpengaruh
terhadap langkah-langah yang dapat kita ambil di masa depan. Jika sumber daya
yang kita gunakan dimasa sekarang tidak lagi tersedia, dimasa datang dimana
sumber daya tersebut dikatakan terbatas dalam jumlah. Maka dari itu, pada saat
tertentu sumber daya alternatif dibutukan untuk sekedar memenuhi fungsi dari
sumber daya yang ada saat ini. Hal ini berdampak baik bagi organisasi dimana
mereka dapat mengendalikan biaya dengan menggunakan
sumber daya atau bahan yang mereka sediakan sendiri dari pada mencarinya dari luar. Jadi,
tujuan utamanya adalah melakukan kegiatan yang berkelanjutan untuk masa yang
akan datang. Adapun
7 strategi dalam isu-isu keberlanjutan adalah :
Pertumbuhan yang berkelanjutan
:
·
Merubah
kualitas pertumbuhan
·
Pemenuhan
kebutuhan yang esensi seperti pekerjaan, makanan, energi, air dan sanitasi
·
Pemeliharaan
dan peningkatan basis sumber daya
·
Orientasi
teknologi terus menerus dan mampu mengatur resiko
·
Menggabungkan
lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan
2.
Accountability
(Pertanggung Jawaban)
Dalam
sebuah organisasi mengenali setiap aktivitas yang langsung maupun tidak langsung yang berdampak pada
lingkungan luar atau diartikan sebagai bertanggung
jawab atas tindakan yang dilakukan. Konsep
ini berlaku dengan mengkuatifikasikan akibat apa saja yang dapat timbul dari tindakan yang diambil baik
internal organisasi maupun external. Lebih kepada pelaporan terhadap stakeholder
yang berhubungan dan menjelaskan bagaimana keterkaitannya
antara aktifitas yang dilakukan terhadap stakeholders.
3.
Transparency
(Keterbukaan)
Merupakan
sebuah prinsip dimana sebuah dampak eksternal dilaporkan secara nyata tanpa disembunyikan.
Transparency merupakan prinsip yang berkaitan dengan kedua prinsip CSR dan
dapat dikatakan sama dengan process pengenalan tanggung jawab terhadap efek yang
dapat ditimbulkan oleh pihak luar (Stakeholder) atau sama dengan process transfer
kekuatan ke stakeholder atau stakeholder dengan
sadar dapat menjalankan dirinya sebagai fungsi pengawasan karena organisasi melakukan prinsip
keterbukaan dalam setiap kegiatan yang berdampak.
2.3 Bentuk-Bentuk Corporate
Social Responsibility (CSR)
Di
kalangan dunia usaha, keberhasilan ekonomi dan finansial berkaitan erat dengan
kondisi sosial dan lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Untuk mewujudkan
tanggung jawab, dunia usaha harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh CSR
dalam aktivitas usahanya. CSR merupakan komitmen dari perusahaan untuk
mengintegrasikan kepeduliannya terhadap masalah ekonomi, sosial dan lingkungan
atau disebut triple bottom line. (Wahyudi dan Azheri, 2008:62) Ada empat
bentuk dari CSR, yaitu:
a. Pengelolaan lingkungan kerja
secara baik
b. Kemitraan antara perusahaan
dengan masyarakat
c. Penanganan kelestarian lingkungan
d. Investasi sosial
2.4 Inisiatif Dalam Corporate
Social Responsibility (CSR)
Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee menyebutkan terdapat enam
inisiatif Corporate Social Responsibility yaitu:
1. Promosi kegiatan sosial (cause promotions)
Pada aktivitas CSR ini perusahaan menyediakan dana
atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan
dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu
kegiatan tertentu. Tujuan
dari kegiatan tersebut adalah Menciptakan kesadaran dan perhatian dari
masyarakat terhadap suatu masalah dengan menyajikan angka-angka statistik serta
fakta-fakta yang menggugah, Membujuk orang untuk menyumbangkan uangnya untuk
kemanfaatan masyarakat melalui pelaksanaan program sosial perusahaan.
2. Pemasaran terkait kegiatan sosial (cause related
marketing)
Ketika sebuah perusahaan menyatakan bahwa sebagian
dari keuntungan atau penjualan produknya akan disumbangkan untuk kegiatan
social tertentu, maka perusahaan tersebut sedang melakukan apa yang disebut
sebagai cause related marketing (CRM). Beberapa kegiatan yang sering dilaksanakan oleh perusahaan
adalah Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap produk yang terjual,
menyumbangkan persentase tertentu dari setiap produk yang terjual atau
transaksi untuk kegiatan amal.
3. Pemasaran kemasyarakatan korporat (corporate
societal marketing)
Pada aktivitas CSR ini perusahaan mengembangkan dan
melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan
hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Fokus dari kegiatan tersebut
adalah Isu-isu Kesehatan, Isu-isu Perlindungan Terhadap Kecelakaan/Kerugian,
Isu-isu Lingkungan, Isu-isu Keterlibatan Masyarakat.
4. Kegiatan filatropi perusahaan (corporate
philanthropy)
Pada aktivitas CSR ini perusahaan memberikan sumbangan
langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan
tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket
bantuan atau pelayanan secara cuma-cuma.
5. Pekerja sosial kemasyarakatan secara sukarela (community volunteering)
Pada aktivitas CSR ini perusahaan mendukung dan
mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise agar
menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi
masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.
6. Praktik bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial (socially
responsible business practice)
Pada aktivitas CSR ini perusahaan melaksanakan
aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta
melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Dalam memilih inisiatif disarankan Pilih inisiatif
untuk menemukan tujan bisnis dan Goals; Pilih inisiatif untuk memenuhi
kebutuhan prioritas kampanye tersebut; Pilih beberapa inisiatif untuk kampanye
tunggal, menambah satu upaya untuk kampanye sekarang; Pilih inisiatif yang
mewakili mitra paling kuat dengan masyarakat;
2.5 Manfaat Corporate Social
Responsibility (CSR)
CSR digunakan untuk mengangkat
citra perusahaan untuk mendapatkan pengakuan sosial dalam melaksanakan kegiatan
perusahaan dan mengelola usaha dengan cara melakukan kegiatan sosial,
memperluas peluang usaha yang dilakukan perusahaan dan dapat digunakan untuk
memperbaiki hubungan antara stakeholders, karyawan dan perusahaan (Untung,
2008:6) ( Jurnal Administrasi Bisnis,Vol.20,No.1,2015:2).
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Antara Corporate
Social Responsibility (CSR) Dan Linkungan
Terhadap Profitabilitas Perusahaan Di Bidang Makanan Dan Minuman
Di dalam dunia
bisnis,perusahaan harus menyeimbangan kepentingan untuk perusahaannya dan
kepentingan orang lain.Terkadang perusahaan banyak mengabaikan kepentingan
orang lain seperti kebersihan akan lingkungan . Padahal, saat ini yang menjadi perhatian
terbesar dari perusahaan kepada masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan
peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan . Masalah seperti
perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat
produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen
adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa
negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga
standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara
pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa
investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai
"Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible
investing).
Banyak
pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan
baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for
Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial
merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan pada masa lampau seringkali
mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian bea siswa dan
pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong
para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian
pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata komunitas
tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta
memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, perusahaan
mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas. Kepedulian
kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun
secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah
komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan
komunitas. CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan
suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh
memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan(stakeholder)
perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk
membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal
dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku
kepentingan internal.Hal inilah yang membuat corporate social responsibility (CSR) memiliki hubungan yang sangat
erat dengan profitabilitas suatu perusahaan dalam bidang makanan dan minuman.
Karena,perusahann akan mendapatkan profit yang lebih bila perusahaan menerapkan
program CSR yang benar dan baik sehingga menimbulkan persepsi masyarakat yang baik
sehingga masyarakat akan berminat untuk membeli produknya tersebut khusunya
makanan dan minuman yang dihasilkan
perusahaan tersebut. Program CSR ini juga bukan hanya berupa pelestarian
lingkungan tetapi juga bisa dalam bentuk bantuan dana pendidikan kepada
masyarakat yang kurang mampu atau juga dalam bentuk pemberian operasi gratis
bagi penderita katarak,.
4.2 Penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR) Dan Linkungan Oleh Perusahaan Dalam Bidang
Makanan Dan Minuman.
Penerapan dari corporate
social responsibility (CSR) dan lingkungan oleh perusahaan makanan dan
minuman terdapat beberapa sontoh perusahaan yang menerapkan program CSR yaitu
sebagai berikut
1. Penerapan CSR yang
dilakukan oleh Blue Band, Hypermart dan Foodmart sukses bekerjasama selama 2
bulan terakhir mengumpulkan Rp 343 juta untuk membantu meningkatkan gizi
anak-anak Indonesia di daerah NTT dan NTB. Sumbangan tersebut disalurkan
melalui program School Meal Program dari United
Nations–World Food Programme(WFP). Donasi yang di berikan adalah
hasil dari penjualan produk Blue Band 200 gram yang dijual di seluruh gerai
Hypermart dan Foodmart di seluruh Indonesia pada periode Mei sampai dengan Juni
2010. Mekanismenya, setiap pembelian produk Blue Band 200 gram maka
secara otomatis konsumen menyumbangkan Rp1.000 untuk school meal
program. Blue Band, Hypermart dan Foodmart pada saat ini memfokuskan
bantuannya untuk anak-anak di daerah NTT dan NTB melalui WFP karena berdasarkan
data yang diberikan Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2009 Indonesia telah
berhasil mengurangi tingkat malnutrisi nasional selama beberapa tahun terakhir
dari 25% menjadi 18%, tapi secara signifikan hal tersebut masih tetap lebih
tinggi dari standar ideal WHO (World Health Organization) yaitu di bawah 10%.
2.
Penerapan CSR oleh PT Indofood, sebagai Perusahaan Total Food Solutions memiliki kepedulian dalam
upaya pengembangan penganekaragaman pangan dan ketahanan pangan nasional. Partisipasi dalam pengembangan ini
kemudian diwujudkan melalui program Indofood Riset Nugraha (IRN) yaitu suatu
program bantuan dana penelitian (research grant) bagi kalangan akademisi yang
difokuskan pada penelitian bidang pangan. Program IRN adalah salah satu
program CSR Indofood yang berada dalam pilar “Building Human
Capital”. Yang mana program ini bertujuan untuk eningkatkan antusiasme riset bidang
pangan dari berbagai disiplin ilmu di Indonesia ,membangun link & match dunia
pendidikan tinggi dan industri ,mendukung peluang aplikasi hasil riset akademisi pada aktivitas industri,memberikan kontribusi
bagi peningkatan daya saing industri pangan nasional melalui inovasi produk dan
teknologi yang berbasis riset ,dan turut berpartisipasi membangun ketahanan pangan nasional
BAB 5
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Bahwa corporate social responsibility (CSR) dan lingkungan memiliki peran
penting dalam keberhasilan suatu perusahaan makanan dan minuman mendapatkan
profit. Hal ini dapat dilakukan perusahaan bila perusahaan dapat menerapkannya
dengan baik seperti melakukan pengolahan limbah kembali yang mana dengan
bekerjasama dengan masyarakat sekitar. Hal ini,agar terciptanya komunikasi yang
baik antara perusahaan dengan masyarakat dan mengubah persepsi masyarakat
menjadi lebuh baik sehinggan ketika produk makanan maupun minuman yang
dipasarkan oleh perusahaan dapat laku dijual. Selain itu,nama perusahaan juga
menjadi baik.Program – program CSR yang dilakukan juga bukan hanya dalam bentuk
pelestarian lingkungan tapi bisa juga dalam bentuk pemberian
beasiswa,pengobatan gratis,sumbagan kepada korban bencana,dll yang mana program
CSR merupakan suatu program kepedulian perusahaan terhdap lingkungan dan
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Putra,Anggara
Satria. 2015 . Pengaruh
Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas
Perusahaan..Jurnal Nominal.Vol.IV,No.2
Sulistyawati,Eka
dan A.A. Sri Fajariani . 2015. Pengaruh
Coporate Social Responsibility Terhadap
Preferensi Merek Perusahaan Pada PT.Bank Pembangunan Daerah Bali.E-Jurnal Manajemen Unud.Vol.4,No.9:2562-2572
ISSN:2302-8912.
Vegawati,Silviania
Mira, Kumadji,Srikandi,dan Dahlan Fanani.2015. Pengaru Program Coporate
Social Responsibility (CSR) Terhadap Citra Perusahaan.Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) .Vol.20,No.1
Ningsih,Wiwik
Agustia .2016. Pengaruh Penerapan Program Corporate Social Responsibility (csr) Terhadap Perusahaan (Kasus Pada Masyarakat
Sekitar Kantor Pusat
PT.Perkebunan Nusantara V Pekanbaru).Jurnal FISIP. Vol.3,No.1
Muhadjir dan Gita Fitri Qurani.2011.Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Persepsi
Nasabah Bank Dan Dampaknya Terhadap Corporate
Image. Jurnal The Winners. Vol.12,No.2:180-195
Suparman.2013.Corporate
Social Responsibility:Bentuk Tanggung Jawab Sosial Dan Kepedulian Perusahaan Dengan Masyarakat.Jurnal
Interaksi.Vol.8,No.2:69-81
Pratiwi,Raisa.2012.Pengaruh Tingkat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Corporate Social Responsibility Dengan Kinerja
Keuangan Perusahaan.Jurnal Ilmiah
STIE MDP.Vol.2,No.1
Haliwela,Nancy Silviana2011.Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/csr). Jurnal
Sasi.Vol.17,No.4
Yuningwati,Fransisca, Nuzula,Nila Firdausi,dan Elsha
Kristiana.2014.Penerapan Akuntansi Pertangungjawaban Sosial Sebagai
Bentuk Tanggung Jawab Perusahaan
Terhadap Lingkungan Sekitarnya (Stud pada PT Petrokimia Gresik).Jurnal Administrasi Bisnis (JAB).Vol.17,No.1
Sudarwanto,AL.Sentot.2011.Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Di Soloraya Terhadap Upaya Pelestarian
Fungsi Lingkungan Hidup Daerah Alan Sungai
Begawan Solo Hulu (Pemikiran
Kritis Terhadap Implementasi Corporate Social
Responsibility). Jurnal EKOSAINS.
Vol.III,No.3
Rashid,Nik Ramli Nik Abdul dan Mohammad Hakimy
Abdullah.2012.The Implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) Programs and
Its Inmpact on Employee
Organizatinao Citizenship Behavior.International Journal of Business and
Commerce.Vol.2,No.1:67-73 ISSN:2225-2436
Pai,Da Chang.et all.2010.The Effects OF Corporate Social Responsibility on Brand Performance:The Mediating Effect of Industrial
Brand Equity and Corporate Reputation.Journal
of Business Ethics.
Langganan:
Postingan (Atom)