TOPIK 3 :PENGARUH PERBEDAAN GENDER DAN USIA TERHADAP KEPUASAN
KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN
NAMA :TIMOTIUS LORENZS
NPM : 1A214774
KELAS : 3EA27
MATA KULIAH : ETIKA BISNIS
DOSEN : ROWLAND BISMARK PASARIBU
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, pertumbuhan ekonomi di
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut termasuk dalam
perkembangan industri jasa. Perkembangan tersebut diikuti dengan banyaknya
perusahaan, dan dapat menyebabkan terjadinya persaingan antar perusahaan,
terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama. Setiap perusahaan berusaha
untuk menentukan strategi yang tepat agar bisa mendapatkan dan mempertahankan
konsumen.Sumber Daya Manusia memiliki peran penting untuk perusahaan dalam
menghadapi persaingan antar perusahaan. Perusahaan harus memiliki komitmen
dalam organisasi agar dapat menciptakan dan mengembangkan potensi bisnis.
Selain itu, perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang kondusif agar
karyawan dapat bekerja dengan optimal dan kompetitif.
Karyawan
yang satu berbeda dengan yang karyawan yang lain dalam banyak hal. Seorang manajer perlu
mengetahui bagaimana perbedaan seperti itu dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja
bawahannya. Perbedaan-perbedaan individual bisa
saja membuat seorang individu itu berkinerja dengan lebih baik daripada
individu lainnya.
Perbedaan individual tidak lepas dari pengaruh lingkungan seperti pekerjaan, keluarga, komunitas dan
masyarakat. Isu mengenai individual behavior and differences ini sangat penting dalam membahas
masalah perilaku organisasi. Karyawan
yang bergabung dalam sebuah organisasi harus menyesuaikan diri pada sebuah lingkungan baru,
orang-orang baru, dan tugas-tugas baru. Bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya
dengan situasi dan orang lain utamanya tergantung pada kesiapan psikologisnya dan
latar belakang personal.
Beberapa
wanita lebih baik dalam
menjadi salespeople daripada beberapa pria. Sebaliknya, beberapa pria
lebih baik
dalam menjadi pemberi perhatian daripada beberapa wanita. Di dalam suatu perusahaan, pekerja memegang peran yang
paling utama dalam kegiatan tercapainya tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan
adalah kewajiban dari setiap karyawannya. Apalagi jika semua aspek atau bidang
dalam perusahaan itu secara keseluruhan memuaskan bagi penjalannya. Setiap
individu akan merasa puas atau tidak puas merupakan sesuatu yang pribadi,
tergantung bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau pertentangan
antara keinginan dan hasil keluarnya. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap
positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap
kondisi dan situasi kerja, termasuk didalamnya upah, kondisif. sosial,
kondisi fisik, dan kondisi psikologis Semua itu berpengaruh terhadap
produktifitas, ketidakhadiran kerja/keluar tenaga kerja (turnover), dan
terhadap kesehatan fisik dan mental.
Kepuasan
kerja berperan penting dalam kemampuan perusahaan untuk menarik dan memelihara
karyawan yang berkualitas., meningkatkan semangat kerja karyawan, menurunkan
tingkat absensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan loyalitas karyawan
dan mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan terutama karyawan
ahli/professional yang sangat besar peranannya dalam pengoperasian perusahaan.
Semua itu adalah mengapa kepuasan kerja harus hadir dalam perusahaan. Selain itu,perbedaan usia pada karyawan merupakan hal yang sangat
diperhatikan saat ini.Yang mana semakin banyak orang yang bisa hidup
panjang,sehingga pada usia 56 tahun seorang karyawan masih sehat,aktif,dan
produktif,padahal usia tersebut karyawan sudah harus pension.
Sebaliknya,angka kelahiran semakin menurun,terlihat
dengan adanya program pemerintah yang mewajibkan penduduknya untuk ikut dalam
keluarga berencana (KB).Sehingga kemungkinan bisa terjadi dalam suatu
perusahaan dimana seorang karyawan akan di hormati oleh atasan yang usianya
jauh lebih tua.Perbedaan perlu mengatur keseimbangan antara eningkatan jumlah
karyawan usia tua.Disini perusahaan perlu mengatur keseimbangan antara
peningkatan jumlah karyawan usia tua dan jumlah rekrutmen karyawan usia
muda.Karyawan akan merasa tidak nyaman di atur oelh atasan yang usianya lebih
tua darinya.Begitu pula perbedaan gender dalam tenaga kerja,persentase pekerja
wanita dewasa ini semakin meningkat.Bahkan sudah banyak tenaga kerja wanita
yang menduduki posisi manajerial di berbagai perusahaan.Ketidaknyamanan mungkin
bisa terjadi dengan perbedaan gender .
Yang mana utuk mendukung pencapain hasil kerja yang
baik dari karyawan dibutuhkan tingkat kepuasan kerja yang tinggi.Perbedaan dari
karyawan merupakan dua pihak yang salinh berhubungan dan membutuhkan.Perusahaan
membutuhkan karyawan yang mampu memberi hasil kerja yang baik dan berprestasi
sedangkan karyawan juga memerlukan perhatian perusahaan dan penghargaan atas
pekerjaan yang telah dilakukannya yang berupa balas jasa agar muncul kepuasan
kerja karyawan.Berdasarkan hal tersebut,maka salah satu hal yang mempengaruhi
kepuasan kerja adaah usia dan gender. Yang mana dalam hal gender,berbicara mengenai perbedaaan jenis
kelamin yang merupakan faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja karena pada
dasarnya karyawan laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang
berbeda.Karyawan laki-laki cenderung memiliki cita-cita yang lebih tinggi
dibandingkan dengan karyawan perempuan sehingga kepuasan kerja laki-laki lebih
rendah dibandingkan dengan perempuan.Karyawan perempuan lebih cepat merasa
puas.
Seperti contoh PT.Jasa Marga (Persero) yang merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa jalan tol. Dalam usaha meningkatkan
kepuasan kerja karyawan,perusahaan selalu menekankan pada kepuasan kerja
laki-laki maupun karyawan perempuan,hal tersebut disebabkan karena
karakteristik beban kerja dan kondisi kerja di perusahaan membutuhkan lebih
banyak kreativitas yang menenkankan pada tantangan fisik khusunya pada bagian
operasiona dan pemeliharaan tol.Gejala-gejala yang menyebabkan kepuasan kerja
menurunnya kepuasan kerja di perusahaan diantaranya turunnya hasil kerja
karyawan,yang mana hasil kerja karyawan kurang tercapai ssuai dengan
standar,kualitas,dan kuantitas kerja karyawan tidak mencapai target.Gejala
lainnya standar kerja tidak dipenuhi dan sering absent da tidak dsiplin. Karywan terkesan bosan dalam bekerja
sehingga tingkat absensi sangat memprihatinkan..
Berdasarkan hal itu, kepuasan kerja
menghasilkan pendapat berbeda-beda dikarenakan kepuasan kerja seseorang dalam
suatu perusahaan akan sangat berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan adanya
kebutuhan individu yang berbeda-beda pula atau situasi dan kondisi dalam
perusahaan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi puas dalam bekerja. Oleh
karena itu, terlepas dari semua itu, kepuasan kerja pada suatu perusahaan tergantung
bagaimana kepuasan kerja karyawan laki-laki maupun perempuan. Istilah gender
dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang
tidak hanya mengacu perbedaan biologisnya, namun juga hal-hal yang mencakup
nilai sosial dan budaya, termasuk juga dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat bagaimana kepuasan karyawan pria
dan wanita.
Selain itu,bila
dilihat perbedaan karyawan laki-laki dan wanita it yaitu Wanita menunjukkan ungkapan emosi yang
lebih besar daripada pria, mereka mengalami emosi lebih hebat, mereka lebih
sering menampilkan ekspresi dari emosi baik yang positif maupun negatif,
kecuali kemarahan. Wanita lebih baik dalam membaca isyarat-isyarat nonverbal
dan paralinguistik dibanding pria. Pria diajarkan untuk berani, maka mereka
harus menunjukkan emosi yang sesuai dengan citra ini, sedangkan wanita
disosialisasikan sebagai pengasuh, sehingga lebih hangat dan ramah. Satu isu yang tampaknya dapat membedakan
dalam hal jenis kelamin yang sering disebut dalam literatur khususnya saat
karyawan sedang hamil atau memiliki anak-anak berusia pra sekolah adalah
pemilihan jam kerja. Ibu-ibu yang bekerja berkemungkinan lebih besar untuk
memilih pekerjaan paruh waktu, jadwal kerja yang fleksibel, dan menyelesaikan
pekerjan kantor di rumah agar bisa memenuhi tanggung jawab mereka terhadap
keluarga.
Dalam Aspek
kognitif dari kepuasan kerja merupakan keyakinan karyawan tentang pekerjaannya,
yaitu keyakinan bahwa pekerjaannya menarik, tidak menarik, banyak tuntutan dsb.
Aspek kognitif ini tidak bebas dari aspek afektif yaitu sangat terkait dengan
perasaan dari pengaruh positif. Komponen perilaku
merupakan perilaku karyawan atau lebih sering kecenderungan perilaku terhadap
pekerjaannya. Tingkat kepuasan kerja karyawan juga menjadi nyata oleh fakta
bahwa ia mencoba untuk mengikuti pekerjaan secara teratur, bekerja keras, dan
berniat tetap menjadi anggota organisasi utk waktu yang lama. Dibanding
komponen kognitif dan afektif dari kepuasan kerja, komponen perilaku sedikit
informative, karna sikap tidak selalu sesuai dengan perilaku, seperti seseorang
tidak suka dengan pekerjaannya tetapi tetap sbg karyawan karna alasan
financial.
Maka dari itu,antara perbedaan
gender dan usia memiliki hunungan yang erat terhadap kepuasan kerja seorang
karyawan.Karena biasanya didalam perusahaan itu banyak sekali karyawan
laki-laki daripada wanitanya sehingga menyebabkan terjadinya perlakuan tidak
adil oleh atasan seperti dalam hal kepuasannya dalam bekerja. Misalnya dalam
pemberian gaji yang mana gaji dari karyawan lai-laki lebih besar dari karyawan
wanita.Tapi,sekarang banyak perusahaan yang memperhatikan gender itu hanya untu
ahu kalau dia laki-laki atau perempuan. Seangkan bila seorang karyawan untuk
dinaikkan pangkatnya maka,perusahaan bukan melihat gendernya tapi kualitas dan
kontribusinya bagi perusahaan tersebut,apakah menguntungkan atau merugikan
perushaaan. Perbedaan gender hanya sebagai pemberitahu bagi perusahaan bahwa
karyawan yang bekerja di perusahaannya adalah laki-laki atau perempuan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
paper ini akan membahas mengenai pengaruh perbedaan gender dan usia
terhadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan .Hal ini dinilai penting bagi
perusahaan dalam pengukuran
tinglat kepuasan dalam karyawan dengan adanya
perbedaan gender dan usia dialam perusahaankinerja perushaaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
akan di kemukakan berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah :
- Bagaimana
pengaruh perbedaan gender dan usia terhadap kepuasan kerja karyawan pada
perusahaan ?
- Apa saja contoh dari diskriminasi gender di perusahaan ?
1.3 Tujuan Perumusan Masalah
Tujuan perumusan yang dilakukan terhadap rumusan masalah yang telah dibahas
adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui hubungan antara perbedaan gender dan
usia terhadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan
BAB 2
TELAAH LITERATUR
2.1 Pengertian Gender
Gender berasal
dari bahasa latin, “genus” yang berarti jenis atau tipe. Gender merupakan sifat
dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara
sosial maupun budaya. Meskipun ada juga yang menganggap bahwa kata gender
berasal dari bahasa Inggris yang berarti “jenis kelamin”. Namun perkembangan
selanjutnya kata gender tersebut mengalami perluasan makna yang pada hakikatnya
tetap mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi fungsi, atau
perlakuan yang diberikan oleh masyarakat umum secara turun temurun.Secara umum, pengertian Gender adalah
perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai
dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender
adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam
hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki
dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
2.2 Teori – Teori Tentang Gender
1. Teori Kodrat Alam
Menurut
teori ini perbedaan biologis yang membedakan jenis kelamin dalam memandang
gender Teori ini dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Teori Nature
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai kodrat
alam yang tidak perlu dipermasalhkan
b. Teori Nurture
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai hasil
rekayasa budaya dan bukan kodrati, sehingga perbedaan gender tidak berlaku
universal dan dapat dipertukarkan.
2. Teori Kebudayaan
Teori ini
memandang gender sebagai akibat dari kontruksi budaya .Menurut teori ini terjadi keunggulan laki-laki
terhadap perempuan karena kontruksi budaya, materi, atau harta kekayaan. Gender
itu merupakan hasil proses budaya masyarakat yang membedakan peran social
laki-laki dan perempuan. Pemilahan peran social berdasarkan jenis kelamin dapat
dipertukarkan, dibentuk dan dilatihkan.
3. Teori Fungsional Struktural
Berdasarkan
teori ini munculnya tuntutan untuk kesetaraan gender dalam peran social di
masyarakat sebagai akibat adanya perubahan struktur nilai social ekonomi
masyarakat. Dalam era globalisasi yang penuh dengan berbagai persaingan peran
seseorang tidak mengacu kepada norma-norma kehidupan social yang lebih banyak
mempertimbangkan factor jenis kelamin, akan tetapi ditentukan oleh daya saing
dan keterampilan
2.3 Pengertian Kepuasan Kerja
Sebelum masuk kedalam bahasan kepuasan
kerja maka terlebih dahulu mengetahui pengertian kerja. Kerja menurut adalah
sejumlah aktifitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk melakukan
sebuah pekerjaan. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi,
instansi ataupun perusahaan maka hasil kerja yang ia selesaikan mempengaruhi
terhadap tingkat produktifitas organisasi. Oleh karena itu, pandangan dan juga
perasaan individu terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga pada sisi positif
dari pekerjaannya dengan atau lain individu tersebut harus memiliki dan menjaga
kepuasan agar produktifitasnya dapat terus ditingkatkan.Kepuasan kerja
merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaan secara
keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Istilah
kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang indiviu terhadap pekerjaan
yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi
menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu; seseorang yang tidak puas dengan
pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. Karena pada
umumnya apabila orang berbicara mengenai sikap karyawan, lebih sering mereka
memaksudkan kepuasan kerja.
2.4 Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja
Minto Waluyo (2013) mengemukakan banyak faktor yang
telah diteliti sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja,
antara lain sebagai berikut:
a.
Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Berdasarkan survey diagnostik diperoleh
hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja
untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri tersebut adalah keragaman keterampilan,
jati diri tugas (task identity), tugas yang penting (task
significance), otonomi, dan pemberian balikan pada pekerjaan, membantu
meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
b. Gaji/Penghasilan, Imbalan yang Dirasakan Adil (Equitable Reward)
Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian
dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima gaji terlalu kecil atau
terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan. Yang penting ialah
sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Jika gaji dipersepsikan sebagai
adil berdasarkan tuntutan kerja, tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan
individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka
akan ada kepuasan kerja.
c.
Penyeliaan
Locke memberikan kerangka teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerja dengan
penyeliaan. Ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan-bawahan: Hubungan
fungsional dan keseluruhan (Entity). Hubungan fungsional mencerminkan
sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai
pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.
d. Rekan-rekan Sejawat yang
Menunjang
Hubungan yang ada antarpekerja
adalah hubungan ketergantungan sepihak, yang bercorak fungsional. Kepuasan
kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis
dengan tenaga kerja yang lain. Di dalam kelompok kerja dimana pekerja harus
bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat itmbul karena
kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka (Kebutuhan harga diri, kebutuhan
aktualisasi) dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada moivasi kerja mereka.
Faktor-faktor yang memberikan
kepuasan menurut Blum (1956) dalam As'ad (1999) adalah:
a.
Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan;
b.
Faktor sosial, meliputi
hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan
bereaksi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan
kemasyarakatan;
c.
Faktor
utama dalam pekerjaan, meliputi
upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju.
Ada dua faktor yang mempengaruhui
kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya
(Mangkunegara, 2009:120).
1.
Faktor
pegawai, yaitu
kecerdasan (IQ), kecerdasan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik,
pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi,
dan sikap kerja.
2.
Faktor
pekerjaan, yaitu
jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu
pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial,
dan hubungan kerja.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja adalah (Sutrisno, 2009: 82-84):
- Kesempatan
untuk maju. Dalam
hal ini, ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan
peningkatan kemampuan selama kerja.
- Keamanan
kerja.
Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan.
Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
- Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan,
dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang
yang diperolehnya.
- Perusahaan
dan manajemen.
Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi
dan kondisi kerja yang stabil.
- Pengawasan. Sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat
berakibat absensi dan turnover.
- Faktor
Intrinsik dari pekerjaan.
Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar
dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau
mengurangi kepuasan.
- Kondisi
kerja.
Termasuk di sini kondisi kerja tempat, ventilasi, penyiaran, kantin dan
tempat parkir.
- Aspek
sosial dalam pekerjaan. Merupakan
salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor
yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.
- Komunikasi. Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan
pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal
ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan
mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam
menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
- Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau
perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan
menimbulkan rasa puas
BAB
3
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Perbedaan Gender Dan Usia Terhadap Kepuasan
Kerja Pada Perusahaan
Didalam suatu
perusahaan,perbedaan gender merupakan sesuatu yang tidak bisa dihilangkan
karena pasti didalam suatu perusahaan terdapat karyawan laki-laki dan
perempuan. Tetapi,pada kenyataanya karyawan laki-laki lebih banyak dibandingkan
karyawan perempuan. Hal ini diakibatkan karena karyawan laki-laki . cenderung
memiliki cita-cita yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan perempuan
sehingga kepuasan kerja laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan
perempuan.Karyawan perempuan lebih cepat merasa puas.Hal inilah yang membuat
perusahaan lebih baik merkrut karyawan laki-laki.Hal inilah yang membuat
teciptanya kepuasan kerja d suatu perusahaan. Yang mana,,perusahaan yang baik
adalah dia yang memperhatikan karyawannya dan bukan menyuruh mereka bekerja
terus menerus dengan gaji kecil yang mngakibatkan tingkat kepuasan mereka
menurun bahkan tidak ada karena dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
diantaranya faktor financial berupa gaji yang diberkan perusahaan,yang mana
biasanya perusahaan memeberikan gaji yang lebih besar kepada karywan laki-laki
daripada wanita. Atau pada karyawan-karyawan yang usianya sudah tua,gajinya
lebih besar daripada yang musianya muda. Selain itu, perusahaan harus melakukan
kesetaraan gender berarti kesamaan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan
keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan
tersebut.
Kesetaraan
gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural,
baik terhadap laki-laki maupun perempuan.Keadilan gender adalah suatu proses
dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender
berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan
kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.Terwujudnya kesetaran dan
keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan
laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang
setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi
berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan
memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil
sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber
daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.Selain
itu,dengan Pembagian kerja berdasarkan gender merupakan cara efisien untuk menjamin
kelangsungan hidup unit keluarga dan beradaptasi dengan
lingkungan tertentu. Pada pembagian kerja ini, kerja perempuan tidak
semata-mata menyatakan tingkat
status. Kerja perempuan bisa jadi dilihat sebagai hal yang sama-sama bernilai
dengan laki-laki, walaupun
ada juga di banyak masyarakat petani pembagian kerja melibatkan tingkat
signifikansi sepanjang
garis-garis gender.
Dengan adanya risiko penggeneralisasian, tampak bahwa
ketika perekonomian uang diperkenalkan, keseimbangan antara
tenaga kerja perempuan dan laki-laki mulai berubah.Yang
pasti, hukum kolonial setidaknya telah mengubah hubungan gender menjadi
ketidakadilan gender.
Kolonialisme ini memiliki peran dalam masyarakat sebagai model, dan karenanya
berasumsi bahwa perempuan seharusnya tidak bekerja untuk
mendapatkan upah.Dengan adanya kesetaraan
gender yang dilakukan oleh peursahaan juga memiliki tujuan untuk mengurangi
dampak terjadinya diskriminasi yang biasanya dialami oleh karyawan perempuan
akibat dari tindakan semena-mena yang dilakukan oleh karyawan
laki-laki.Diskriminasi yang dilakukan terhadap karyawan perempuan juga dapat
mengakibatkan luka terhadap perempuan tersebut baik luka perasaan maupun fisik
yang berujung pada stress. Selain itu,pada saat ini banyak karyawan perempuan
yang telah lebih maju dari karyawan laki-laki dalam segala hal. Bahkan
perusahaan-perusahaan besar juga banyak dipimpin oleh kaum perempuan daripada
laki-laki.
Contoh dari bentuk
pemberdayaan gender yaitu kesetaraan
gender di Sumut yang mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dimana untuk index pemberdayaan
gender (IDG) di Sumut cukup tinggi, yakni 69,63 atau lebih tinggi dari
rata-rata nasional yakni 67,2. Di Sumut sendiri juga sudah terbentuk Kaukus
Perempuan Parlemen (KPP) DPRD Sumatera Utara yang beranggotakan 16 anggota DPRD
Sumatra Utara dari kaum perempuan. Kaukus bertujuan untuk menjalin jejaring
sesama anggota kaukus perempuan mulai dari pusat, provinsi, dan kabupaten kota.
pemerintah di daerah ini serius dalam memberikan perhatian pada program
pembangunan yang dilakukannya. Apalagi jika dikaitkan dengan jumlah perempuan
dan anak di tanah air yang menjadi populasi terbesar berdasarkan sensus Badan
Pusat Statistik pada 2010, dari 237,55 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak
705 diantaranya adalah perempuan dan anak-anak. Di dunia internasional sendiri,
Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim menyatakan, persamaan gender merupakan hal
yang sangat vital yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dalam suatu negara. Ketika suatu negara menghargai kaum perempuan
sama dengan mereka menghargai kaum laki-laki dengan cara memberikan kesempatan
bagi wanita untuk berpartisipasi lebih besar dalam bidang perekonomian, maka
manfaatnya tidak hanya bagi kaum perempuan tapi juga bagi masyarakat luas.
Presiden
Bank Dunia mengingatkan bahwa kaum perempuan sekarang merupakan 40% dari angka
kerja global, dan 43% bagi tenaga kerja sektor pertanian. Selain itu lebih dari
separuh orang yang menimba pendidikan tinggi di universitas adalah wanita, dan
sepertiganya negara-negara berkembang kini terdapat lebih banyak siswa
perempuan dibandingkan siswa laki-laki. Bukti tersebut menunjukan bahwa jika
wanita memiliki kontrol yang lebih besar bagi pendaan rumah tangga atau sumber
daya pertanian, maka akan terdapat hasil yang signifikan. Contoh di
Brasil, ketika penghasilan dikelola oleh sang ibu dibandingkan sang bapak, maka
kesempatan anak-anak untuk bertahan hidup 20 kali lebih besar, di Ghana, dengan
memastikan bahwa petani perempuan memiliki akses yang sama dengan petani
laki-laki kepada pupuk dan bahan pertanian lainnya akan menghasilkan panen
sebanyak 17% lebih tinggi.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Bahwa antara gender dan usia
memiliki pengaruh yang penting dalam menilai kepuasan karyawan di suatu
perusahaan. Karena bila disuatu perusahaan tidak menerapkan kesetraan gender
maka akan menimbulkan pendiskriminasi yang dilakukan oleh karyawan laki-laki
terhadap karyawan perempuan. Selain itu,bila dilihat dari usia,banyak karyawan
– karyawan usianya diatas 50 masih produktif dalam bekerja di suatu perusahaan.
Hal ini berakibat pada penggurangan jumlah karyawan baru yang masih muda untuk
di rekrut yang membuat banyak pengganguran yang terjadi. Selain itu, kesetaraan
gender merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan.
Agar terjalin komunikasi yang baik antara karyawan laki-laki dan perempuan.
Selain itu, agar tidak melanggar kodrat antar laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan gender mengakibatkan penghapusan
diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan.Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap
perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan
peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan
maupun laki-laki.Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan
tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian
mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan
serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamaningsih,Ni
Ketut Ayu dan Dodk Ariyanto.2016 . Pengaruh
Gender,Usia,Tingkat Pendidikan,dan
Status Sosial Ekonomi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi .E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.Vol.17,No.2:
996-1029 ISSN:2302-8556
Khotimah,Khusnul.2009.
Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan
Dalam Sektor Pekerjaan.Vol.4,No.1
pp:158-180 ISSN:1907-2791
Nilasari,B.
Medina.2008. Pengaruh Perbedaan Usia Dan
Gender Atasan-Bawahan Terhadap Komtmen
Organisasi Dan Kepuasan Kerja Karyawan Grapari TelkomseL,Jakarta.Metode
Riset Bisnis dan Manajemen.Vol.8,No.2 pp:169-184
Singarimbum,Justrina
Br. .2011. Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Berdasarkan Perbedaan Karakteristik Jenis Kelamin.Jurnal Murni Sadar. Vol.1,No.2
Pitaloka,E dan Intan F. Jainudin.2016.Pengaruh Diskriminasi Kerja Pada Restoran Soerabi Bandung HNH.Widyakala.Vol.3
pp:57-66