Sabtu, 25 Maret 2017

TOPIK 3 (ETIKA BISNIS(SOFTSKILL)

TOPIK 3 :PENGARUH PERBEDAAN GENDER DAN USIA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN

  
NAMA                 :TIMOTIUS LORENZS
NPM                    : 1A214774
KELAS                : 3EA27
MATA KULIAH : ETIKA BISNIS
DOSEN                : ROWLAND BISMARK PASARIBU
UNIVERSITAS GUNADARMA


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut termasuk dalam perkembangan industri jasa. Perkembangan tersebut diikuti dengan banyaknya perusahaan, dan dapat menyebabkan terjadinya persaingan antar perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama. Setiap perusahaan berusaha untuk menentukan strategi yang tepat agar bisa mendapatkan dan mempertahankan konsumen.Sumber Daya Manusia memiliki peran penting untuk perusahaan dalam menghadapi persaingan antar perusahaan. Perusahaan harus memiliki komitmen dalam organisasi agar dapat menciptakan dan mengembangkan potensi bisnis. Selain itu, perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang kondusif agar karyawan dapat bekerja dengan optimal dan kompetitif.
Karyawan yang satu berbeda dengan yang karyawan yang lain dalam banyak hal. Seorang manajer perlu mengetahui bagaimana perbedaan seperti itu dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja bawahannya. Perbedaan-perbedaan individual bisa saja membuat seorang individu itu berkinerja dengan lebih baik daripada individu lainnya. Perbedaan individual tidak lepas dari pengaruh lingkungan seperti pekerjaan, keluarga, komunitas dan masyarakat. Isu mengenai individual behavior and differences ini sangat penting dalam membahas masalah perilaku organisasi. Karyawan yang bergabung dalam sebuah organisasi harus menyesuaikan diri pada sebuah lingkungan baru, orang-orang baru, dan tugas-tugas baru. Bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan situasi dan orang lain utamanya tergantung pada kesiapan psikologisnya dan latar belakang personal.
Beberapa wanita lebih baik dalam menjadi salespeople daripada beberapa pria. Sebaliknya, beberapa pria lebih baik dalam menjadi pemberi perhatian daripada beberapa wanita. Di dalam suatu perusahaan, pekerja memegang peran yang paling utama dalam kegiatan tercapainya tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan adalah kewajiban dari setiap karyawannya. Apalagi jika semua aspek atau bidang dalam perusahaan itu secara keseluruhan memuaskan bagi penjalannya. Setiap individu akan merasa puas atau tidak puas merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan dan hasil keluarnya. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja, termasuk didalamnya upah, kondisif. sosial, kondisi fisik, dan kondisi psikologis Semua itu berpengaruh terhadap produktifitas, ketidakhadiran kerja/keluar tenaga kerja (turnover), dan terhadap kesehatan fisik dan mental.
Kepuasan kerja berperan penting dalam kemampuan perusahaan untuk menarik dan memelihara karyawan yang berkualitas., meningkatkan semangat kerja karyawan, menurunkan tingkat absensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan loyalitas karyawan dan mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan terutama karyawan ahli/professional yang sangat besar peranannya dalam pengoperasian perusahaan. Semua itu adalah mengapa kepuasan kerja harus hadir dalam perusahaan. Selain itu,perbedaan usia pada karyawan merupakan hal yang sangat diperhatikan saat ini.Yang mana semakin banyak orang yang bisa hidup panjang,sehingga pada usia 56 tahun seorang karyawan masih sehat,aktif,dan produktif,padahal usia tersebut karyawan sudah harus pension.
Sebaliknya,angka kelahiran semakin menurun,terlihat dengan adanya program pemerintah yang mewajibkan penduduknya untuk ikut dalam keluarga berencana (KB).Sehingga kemungkinan bisa terjadi dalam suatu perusahaan dimana seorang karyawan akan di hormati oleh atasan yang usianya jauh lebih tua.Perbedaan perlu mengatur keseimbangan antara eningkatan jumlah karyawan usia tua.Disini perusahaan perlu mengatur keseimbangan antara peningkatan jumlah karyawan usia tua dan jumlah rekrutmen karyawan usia muda.Karyawan akan merasa tidak nyaman di atur oelh atasan yang usianya lebih tua darinya.Begitu pula perbedaan gender dalam tenaga kerja,persentase pekerja wanita dewasa ini semakin meningkat.Bahkan sudah banyak tenaga kerja wanita yang menduduki posisi manajerial di berbagai perusahaan.Ketidaknyamanan mungkin bisa terjadi dengan perbedaan gender .
Yang mana utuk mendukung pencapain hasil kerja yang baik dari karyawan dibutuhkan tingkat kepuasan kerja yang tinggi.Perbedaan dari karyawan merupakan dua pihak yang salinh berhubungan dan membutuhkan.Perusahaan membutuhkan karyawan yang mampu memberi hasil kerja yang baik dan berprestasi sedangkan karyawan juga memerlukan perhatian perusahaan dan penghargaan atas pekerjaan yang telah dilakukannya yang berupa balas jasa agar muncul kepuasan kerja karyawan.Berdasarkan hal tersebut,maka salah satu hal yang mempengaruhi kepuasan kerja adaah usia dan gender. Yang mana dalam hal  gender,berbicara mengenai perbedaaan jenis kelamin yang merupakan faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja karena pada dasarnya karyawan laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda.Karyawan laki-laki cenderung memiliki cita-cita yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan perempuan sehingga kepuasan kerja laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan perempuan.Karyawan perempuan lebih cepat merasa puas.
Seperti contoh PT.Jasa Marga (Persero) yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa jalan tol. Dalam usaha meningkatkan kepuasan kerja karyawan,perusahaan selalu menekankan pada kepuasan kerja laki-laki maupun karyawan perempuan,hal tersebut disebabkan karena karakteristik beban kerja dan kondisi kerja di perusahaan membutuhkan lebih banyak kreativitas yang menenkankan pada tantangan fisik khusunya pada bagian operasiona dan pemeliharaan tol.Gejala-gejala yang menyebabkan kepuasan kerja menurunnya kepuasan kerja di perusahaan diantaranya turunnya hasil kerja karyawan,yang mana hasil kerja karyawan kurang tercapai ssuai dengan standar,kualitas,dan kuantitas kerja karyawan tidak mencapai target.Gejala lainnya standar kerja tidak dipenuhi dan sering absent da tidak dsiplin. Karywan terkesan bosan dalam bekerja sehingga tingkat absensi sangat memprihatinkan..
Berdasarkan hal itu, kepuasan kerja menghasilkan pendapat berbeda-beda dikarenakan kepuasan kerja seseorang dalam suatu perusahaan akan sangat berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan adanya kebutuhan individu yang berbeda-beda pula atau situasi dan kondisi dalam perusahaan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi puas dalam bekerja. Oleh karena itu, terlepas dari semua itu, kepuasan kerja pada suatu perusahaan tergantung bagaimana kepuasan kerja karyawan laki-laki maupun perempuan. Istilah gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang tidak hanya mengacu perbedaan biologisnya, namun juga hal-hal yang mencakup nilai sosial dan budaya, termasuk juga dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat bagaimana kepuasan karyawan pria dan wanita.
Selain itu,bila dilihat perbedaan karyawan laki-laki dan wanita it yaitu Wanita menunjukkan ungkapan emosi yang lebih besar daripada pria, mereka mengalami emosi lebih hebat, mereka lebih sering menampilkan ekspresi dari emosi baik yang positif maupun negatif, kecuali kemarahan. Wanita lebih baik dalam membaca isyarat-isyarat nonverbal dan paralinguistik dibanding pria. Pria diajarkan untuk berani, maka mereka harus menunjukkan emosi yang sesuai dengan citra ini, sedangkan wanita disosialisasikan sebagai pengasuh, sehingga lebih hangat dan ramah. Satu isu yang tampaknya dapat membedakan dalam hal jenis kelamin yang sering disebut dalam literatur khususnya saat karyawan sedang hamil atau memiliki anak-anak berusia pra sekolah adalah pemilihan jam kerja. Ibu-ibu yang bekerja berkemungkinan lebih besar untuk memilih pekerjaan paruh waktu, jadwal kerja yang fleksibel, dan menyelesaikan pekerjan kantor di rumah agar bisa memenuhi tanggung jawab mereka terhadap keluarga.
Dalam Aspek kognitif dari kepuasan kerja merupakan keyakinan karyawan tentang pekerjaannya, yaitu keyakinan bahwa pekerjaannya menarik, tidak menarik, banyak tuntutan dsb. Aspek kognitif ini tidak bebas dari aspek afektif yaitu sangat terkait dengan perasaan dari pengaruh positif. Komponen perilaku  merupakan perilaku karyawan atau lebih sering kecenderungan perilaku terhadap pekerjaannya. Tingkat kepuasan kerja karyawan juga menjadi nyata oleh fakta bahwa ia mencoba untuk mengikuti pekerjaan secara teratur, bekerja keras, dan berniat tetap menjadi anggota organisasi utk waktu yang lama. Dibanding komponen kognitif dan afektif dari kepuasan kerja, komponen perilaku sedikit informative, karna sikap tidak selalu sesuai dengan perilaku, seperti seseorang tidak suka dengan pekerjaannya tetapi tetap sbg karyawan karna alasan financial.
Maka dari itu,antara perbedaan gender dan usia memiliki hunungan yang erat terhadap kepuasan kerja seorang karyawan.Karena biasanya didalam perusahaan itu banyak sekali karyawan laki-laki daripada wanitanya sehingga menyebabkan terjadinya perlakuan tidak adil oleh atasan seperti dalam hal kepuasannya dalam bekerja. Misalnya dalam pemberian gaji yang mana gaji dari karyawan lai-laki lebih besar dari karyawan wanita.Tapi,sekarang banyak perusahaan yang memperhatikan gender itu hanya untu ahu kalau dia laki-laki atau perempuan. Seangkan bila seorang karyawan untuk dinaikkan pangkatnya maka,perusahaan bukan melihat gendernya tapi kualitas dan kontribusinya bagi perusahaan tersebut,apakah menguntungkan atau merugikan perushaaan. Perbedaan gender hanya sebagai pemberitahu bagi perusahaan bahwa karyawan yang bekerja di perusahaannya adalah laki-laki atau perempuan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka paper ini akan membahas mengenai pengaruh perbedaan gender dan usia terhadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan .Hal ini dinilai penting bagi perusahaan dalam pengukuran tinglat kepuasan dalam karyawan dengan adanya perbedaan gender dan usia dialam perusahaankinerja perushaaan.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di kemukakan berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah :
  1. Bagaimana pengaruh perbedaan gender dan usia terhadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan ?
  2. Apa saja contoh dari diskriminasi gender di perusahaan ?
1.3  Tujuan Perumusan Masalah
Tujuan perumusan yang dilakukan  terhadap rumusan masalah yang telah dibahas adalah sebagai berikut.
         1.         Untuk mengetahui hubungan antara perbedaan gender dan usia terhadap kepuasan kerja karyawan pada perusahaan 

BAB 2
TELAAH LITERATUR
2.1  Pengertian Gender
Gender berasal dari bahasa latin, “genus” yang berarti jenis atau tipe. Gender merupakan sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Meskipun ada juga yang menganggap bahwa kata gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti “jenis kelamin”. Namun perkembangan selanjutnya kata gender tersebut mengalami perluasan makna yang pada hakikatnya tetap mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi fungsi, atau perlakuan yang diberikan oleh masyarakat umum secara turun temurun.Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
2.2  Teori – Teori Tentang Gender
1.      Teori Kodrat Alam
Menurut teori ini perbedaan biologis yang membedakan jenis kelamin dalam memandang gender Teori ini dibagi menjadi 2 yaitu :
a.       Teori Nature
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai kodrat alam yang tidak perlu dipermasalhkan
b.      Teori Nurture
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai hasil rekayasa budaya dan bukan kodrati, sehingga perbedaan gender tidak berlaku universal dan dapat dipertukarkan.
2.      Teori Kebudayaan
Teori ini memandang gender sebagai akibat dari kontruksi budaya .Menurut teori ini terjadi keunggulan laki-laki terhadap perempuan karena kontruksi budaya, materi, atau harta kekayaan. Gender itu merupakan hasil proses budaya masyarakat yang membedakan peran social laki-laki dan perempuan. Pemilahan peran social berdasarkan jenis kelamin dapat dipertukarkan, dibentuk dan dilatihkan.
3.      Teori Fungsional Struktural
Berdasarkan teori ini munculnya tuntutan untuk kesetaraan gender dalam peran social di masyarakat sebagai akibat adanya perubahan struktur nilai social ekonomi masyarakat. Dalam era globalisasi yang penuh dengan berbagai persaingan peran seseorang tidak mengacu kepada norma-norma kehidupan social yang lebih banyak mempertimbangkan factor jenis kelamin, akan tetapi ditentukan oleh daya saing dan keterampilan

2.3  Pengertian Kepuasan Kerja
Sebelum masuk kedalam bahasan kepuasan kerja maka terlebih dahulu mengetahui pengertian kerja. Kerja menurut adalah sejumlah aktifitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun perusahaan maka hasil kerja yang ia selesaikan mempengaruhi terhadap tingkat produktifitas organisasi. Oleh karena itu, pandangan dan juga perasaan individu terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga pada sisi positif dari pekerjaannya dengan atau lain individu tersebut harus memiliki dan menjaga kepuasan agar produktifitasnya dapat terus ditingkatkan.Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaan secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Istilah kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang indiviu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu; seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. Karena pada umumnya apabila orang berbicara mengenai sikap karyawan, lebih sering mereka memaksudkan kepuasan kerja.
2.4  Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja
Minto Waluyo (2013) mengemukakan banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja, antara lain sebagai berikut:
a.      Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Berdasarkan survey diagnostik diperoleh hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri tersebut adalah keragaman keterampilan, jati diri tugas (task identity), tugas yang penting (task significance), otonomi, dan pemberian balikan pada pekerjaan, membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
b.      Gaji/Penghasilan, Imbalan yang Dirasakan Adil (Equitable Reward)
Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima gaji terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan. Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Jika gaji dipersepsikan sebagai adil berdasarkan tuntutan kerja, tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada kepuasan kerja.
c.       Penyeliaan
Locke memberikan kerangka teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerja dengan penyeliaan. Ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan-bawahan: Hubungan fungsional dan keseluruhan (Entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.
d.      Rekan-rekan Sejawat yang Menunjang
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak, yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenaga kerja yang lain. Di dalam kelompok kerja dimana pekerja harus bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat itmbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka (Kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi) dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada moivasi kerja mereka.
Faktor-faktor yang memberikan kepuasan menurut Blum (1956) dalam As'ad (1999) adalah:
                                     a.           Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan; 
                                    b.           Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan bereaksi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan; 
                                     c.         Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju.
Ada dua faktor yang mempengaruhui kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya (Mangkunegara, 2009:120).

1.                  Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecerdasan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja. 
2.                  Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah (Sutrisno, 2009: 82-84):
  1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini, ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
  2. Keamanan kerja. Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
  3. Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
  4. Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil.
  5. Pengawasan. Sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turnover.
  6. Faktor Intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
  7. Kondisi kerja. Termasuk di sini kondisi kerja tempat, ventilasi, penyiaran, kantin dan tempat parkir.
  8. Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.
  9. Komunikasi. Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
  10. Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1  Pengaruh Perbedaan Gender Dan Usia Terhadap Kepuasan Kerja Pada Perusahaan
Didalam suatu perusahaan,perbedaan gender merupakan sesuatu yang tidak bisa dihilangkan karena pasti didalam suatu perusahaan terdapat karyawan laki-laki dan perempuan. Tetapi,pada kenyataanya karyawan laki-laki lebih banyak dibandingkan karyawan perempuan. Hal ini diakibatkan karena karyawan laki-laki . cenderung memiliki cita-cita yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan perempuan sehingga kepuasan kerja laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan perempuan.Karyawan perempuan lebih cepat merasa puas.Hal inilah yang membuat perusahaan lebih baik merkrut karyawan laki-laki.Hal inilah yang membuat teciptanya kepuasan kerja d suatu perusahaan. Yang mana,,perusahaan yang baik adalah dia yang memperhatikan karyawannya dan bukan menyuruh mereka bekerja terus menerus dengan gaji kecil yang mngakibatkan tingkat kepuasan mereka menurun bahkan tidak ada karena dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor financial berupa gaji yang diberkan perusahaan,yang mana biasanya perusahaan memeberikan gaji yang lebih besar kepada karywan laki-laki daripada wanita. Atau pada karyawan-karyawan yang usianya sudah tua,gajinya lebih besar daripada yang musianya muda. Selain itu, perusahaan harus melakukan kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.Selain itu,dengan Pembagian kerja berdasarkan gender merupakan cara efisien untuk menjamin kelangsungan hidup unit keluarga dan beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Pada pembagian kerja ini, kerja perempuan tidak semata-mata menyatakan tingkat status. Kerja perempuan bisa jadi dilihat sebagai hal yang sama-sama bernilai dengan laki-laki, walaupun ada juga di banyak masyarakat petani pembagian kerja melibatkan tingkat signifikansi sepanjang garis-garis gender.
Dengan adanya risiko penggeneralisasian, tampak bahwa ketika perekonomian uang diperkenalkan, keseimbangan antara tenaga kerja perempuan dan laki-laki mulai berubah.Yang pasti, hukum kolonial setidaknya telah mengubah hubungan gender menjadi ketidakadilan gender. Kolonialisme ini memiliki peran dalam masyarakat sebagai model, dan karenanya berasumsi bahwa perempuan seharusnya tidak bekerja untuk mendapatkan upah.Dengan adanya kesetaraan gender yang dilakukan oleh peursahaan juga memiliki tujuan untuk mengurangi dampak terjadinya diskriminasi yang biasanya dialami oleh karyawan perempuan akibat dari tindakan semena-mena yang dilakukan oleh karyawan laki-laki.Diskriminasi yang dilakukan terhadap karyawan perempuan juga dapat mengakibatkan luka terhadap perempuan tersebut baik luka perasaan maupun fisik yang berujung pada stress. Selain itu,pada saat ini banyak karyawan perempuan yang telah lebih maju dari karyawan laki-laki dalam segala hal. Bahkan perusahaan-perusahaan besar juga banyak dipimpin oleh kaum perempuan daripada laki-laki.
Contoh dari bentuk pemberdayaan gender yaitu kesetaraan gender di Sumut yang mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dimana untuk index pemberdayaan gender (IDG) di Sumut cukup tinggi, yakni 69,63 atau lebih tinggi dari rata-rata nasional yakni 67,2. Di Sumut sendiri juga sudah terbentuk Kaukus Perempuan Parlemen (KPP) DPRD Sumatera Utara yang beranggotakan 16 anggota DPRD Sumatra Utara dari kaum perempuan. Kaukus bertujuan untuk menjalin jejaring sesama anggota kaukus perempuan mulai dari pusat, provinsi, dan kabupaten kota. pemerintah di daerah ini serius dalam memberikan perhatian pada program pembangunan yang dilakukannya. Apalagi jika dikaitkan dengan jumlah perempuan dan anak di tanah air yang menjadi populasi terbesar berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik pada 2010, dari 237,55 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 705 diantaranya adalah perempuan dan anak-anak. Di dunia internasional sendiri, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim menyatakan, persamaan gender merupakan hal yang sangat vital yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam suatu negara. Ketika suatu negara menghargai kaum perempuan sama dengan mereka menghargai kaum laki-laki dengan cara memberikan kesempatan bagi wanita untuk berpartisipasi lebih besar dalam bidang perekonomian, maka manfaatnya tidak hanya bagi kaum perempuan tapi juga bagi masyarakat luas.
Presiden Bank Dunia mengingatkan bahwa kaum perempuan sekarang merupakan 40% dari angka kerja global, dan 43% bagi tenaga kerja sektor pertanian. Selain itu lebih dari separuh orang yang menimba pendidikan tinggi di universitas adalah wanita, dan sepertiganya negara-negara berkembang kini terdapat lebih banyak siswa perempuan dibandingkan siswa laki-laki. Bukti tersebut menunjukan bahwa jika wanita memiliki kontrol yang lebih besar bagi pendaan rumah tangga atau sumber daya pertanian, maka akan terdapat hasil yang signifikan. Contoh  di Brasil, ketika penghasilan dikelola oleh sang ibu dibandingkan sang bapak, maka kesempatan anak-anak untuk bertahan hidup 20 kali lebih besar, di Ghana, dengan memastikan bahwa petani perempuan memiliki akses yang sama dengan petani laki-laki kepada pupuk dan bahan pertanian lainnya akan menghasilkan panen sebanyak 17% lebih tinggi.

BAB 4
KESIMPULAN
4.1  Kesimpulan
Bahwa antara gender dan usia memiliki pengaruh yang penting dalam menilai kepuasan karyawan di suatu perusahaan. Karena bila disuatu perusahaan tidak menerapkan kesetraan gender maka akan menimbulkan pendiskriminasi yang dilakukan oleh karyawan laki-laki terhadap karyawan perempuan. Selain itu,bila dilihat dari usia,banyak karyawan – karyawan usianya diatas 50 masih produktif dalam bekerja di suatu perusahaan. Hal ini berakibat pada penggurangan jumlah karyawan baru yang masih muda untuk di rekrut yang membuat banyak pengganguran yang terjadi. Selain itu, kesetaraan gender merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan. Agar terjalin komunikasi yang baik antara karyawan laki-laki dan perempuan. Selain itu, agar tidak melanggar kodrat antar laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender mengakibatkan penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.
  
DAFTAR PUSTAKA
Purnamaningsih,Ni Ketut Ayu dan Dodk Ariyanto.2016 . Pengaruh Gender,Usia,Tingkat     Pendidikan,dan Status Sosial Ekonomi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi .E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.Vol.17,No.2: 996-1029 ISSN:2302-8556

Khotimah,Khusnul.2009. Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan Dalam Sektor          Pekerjaan.Vol.4,No.1 pp:158-180 ISSN:1907-2791

Nilasari,B. Medina.2008. Pengaruh Perbedaan Usia Dan Gender Atasan-Bawahan Terhadap Komtmen Organisasi Dan Kepuasan Kerja Karyawan Grapari TelkomseL,Jakarta.Metode Riset Bisnis dan Manajemen.Vol.8,No.2 pp:169-184

Singarimbum,Justrina Br. .2011. Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Berdasarkan Perbedaan Karakteristik Jenis Kelamin.Jurnal Murni Sadar. Vol.1,No.2

Pitaloka,E dan Intan F. Jainudin.2016.Pengaruh Diskriminasi Kerja Pada Restoran Soerabi Bandung HNH.Widyakala.Vol.3 pp:57-66





Tidak ada komentar:

Posting Komentar